Lulusan STIQ Amuntai Memiliki Tujuh Kekuatan

BANJARMASIN, PELITA.or.id —  Seorang pengurus Yayasan Bina Pendidikan Al Qur’an yang mengelola Sekolah Tinggi Ilmu Qur’an (STIQ) Amuntai, ibukota kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan, H. Akhmad Makkie mengatakan, mahasiswa lulus perguruan tinggi tersebut akan memiliki tujuh kekuatan.
brand leehpl online
“Tujuh kekuatan dimaksud antara lain memiliki kemantapan aqidah dan kedalaman spritual, hafal dan kemantapan pemahaman isi kandungan al qur’an, serta memiliki intelektual di bidang al qur’an,” tandasnya kepada pers saat berada di Banjarmasin kemarin.

Kekuatan lainnya seorang lulusan STIQ Amuntai (185 kilometer utara Banjarmasin) itu akan memiliki keagungan dan keluhuran akhlak, profesional, keluasan ilmu, serta kekokohan ukhuwah Islamiyah dan wathaniah.

Dengan tujuh kekuatan tersebut diharapkan lulusan STIQ Amuntai memiliki ciri mandiri, mampu berkompetisi dengan lulusan perguruan tinggi lain, serta mampu memimpin, disamping bertanggungjawab mengembangkan al qur’an di tengah masyarakat.

Lulusan STIQ juga akan bertanggungjawab mengembangkan agama Islam, berjiwa besar, menjadi suri tauladan di tengah masyarakat, tambah mantan Bupati Tapin, Kalsel dua periode itu yang juga seorang qari terkenal tahun 1960-an di propinsi tersebut.

Mengenai program studi yang diselenggarakan STIQ Amuntai sampai tahun akademik 2002/2003, dia menyebutkan, hal tersebut baru pada strata satu (S1) tarbiyah jurusan Bahasa Arab dengan ciri khas al Qur’an serta jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Islam/Madrasah Ibtidaiyah (PGSDI-MI) dengan ciri khas al Qur’an.

Pengajar pada STIQ tersebut kini 51 orang dengan rincian berpendidikan S3 lima, S2 tujuh, S1 sebanyak 31, serta serta sarjana muda dan sejenisnya empat orang. Mahasiswanya sekarang 156 terdiri dari S1 Bahasa Arab laki-laki 53, perempuan 38, diploma dua (D2) PGSDI-MI laki-laki 27 dan perempuan 38 orang.

Kegiatan akademi dan perkuliahan dengan cara pengembangan bahasa asing, setiap pagi selama tiga hari perminggu, begitu pula pengembangan hifzul Qur’a tilawat. Sedangkan perkuliahan biasa selama enam hari perminggu, dengan rincian tiga hari diadakan pagi dan tiga hari lagi waktu sore.

Berdasarkan catatan pendirian STIQ Amuntai adalah satu karya monomental hasil Musabaqah Tilawatil Qur’an XXI tingkat Propsi Kalimantan Selatan di “bumi Agung” tersebut tahun 2000, yang idenya dari Drs.H. Suchalin Muhtar, bupati HSU saat itu, dan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) setempat.

Kemudian ide tersebut mendapat respon positif serta dukungan penuh Ketua DPRD HSU serta LPTQ Kalsel. Untuk mewujudkan gagasan itu, 2 Oktober 2000 di bukalah STIQ Amuntai secara resmi oleh Bupati HSU disaksikan Gubernur Kalsel, H.M. Sjachriel Darham. Peresmian satu-satunya STIQ di Kalsel itu juga disaksikan Ketua DPRD HSU dan Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) Rasyidiah Khalidiyah (Rakha) Amuntai, dengan kuliah perdana diisi Prof.Dr.Said Agil Asegaf al Munawar, MA, Maha Guru Perguruan Tinggi Ilmu al Qur’an (PTIQ) Jakarta.

Guna pengembangan dan kegiatan lainnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) HSU membangunkan Kampus STIQ yang berlokasi di komplek Ponpes Rakha Amuntai.

Keberadaan STIQ Amuntai tersebut kini mendapat dukungan penuh dari Pemkab HSU karena merupakan aset daerah yang terbesar bagi kepentingan pembangunan dan kehidupan umat. diambil dari PElita Banjarmasi

Sumber: http://www.pelita.or.id/baca.php?id=12848

About the Author

admin